Menggugat Hari Wafat Isa
Almasih alias Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan
{Jum’at 29 Maret 2013
adalah hari libur nasional bertepatan dengan hari raya umat kristiani, yaitu
hari kematian Yesus Kristus alias hari wafat Isa Almasih.}
Bagi umat Islam, istilah hari wafat Isa
Almasih ini kurang tepat, karena menurut aqidah Islam, Nabi Isa alaihissalam
tidak mati dan tidak pula disalib. Agama yang meyakini kematian Yesus di tiang
salib adalah Kristen. Maka istilah yang lebih tepat adalah Hari Kematian Yesus
Kristus. Karena dalam pandangan Kristen, Yesus adalah salah satu oknum Tuhan,
maka istilah yang lebih pas lagi adalah “Hari Ulang Tahun Kematian Tuhan
Kristiani.” Di kalangan Kristen, hari kematian Yesus itu masyhur dengan sebutan
Jum’at Agung.
Ulang tahun kematian Yesus di tiang salib adalah salah satu inti iman
Kristiani. Dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli (Credo
Nicaeano-Constantinopolitanum), umat Kristen memakai tiga perkataan untuk
menekankan keyakinan akan kematian Yesus: “Dan kepada Yesus Kristus, Anaknya yang
tunggal, Tuhan kita... disalibkan, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan
maut.”
Sedemikian pentingnya makna salib dalam iman kristiani, sehingga tanpa adanya
penyaliban Yesus, maka gugurlah keyakinan Kristen tentang dosa waris, penebusan
dosa, Trinitas, dan ketuhanan Yesus.
Terkait dengan Hari Ulang Tahun Kematian Yesus, beberapa waktu lalu penulis
mendapati buku berjudul Memfitnah Yesuskarya Dr Erwin Lutzer di
toko buku Gramedia. Buku setebal 167 halaman yang diterbitkan oleh Light
Publishing Jakarta ini adalah terjemahan dari edisi asli dalam bahasa InggrisSlandering
Jesus.
Secara khusus, buku apologetika kristiani ini didedikasikan untuk memerangi
berbagai pandangan teologi yang menentang doktrin Kristen tentang penyaliban,
kematian dan ketuhanan Yesus Kristus. Dengan telak, Erwin menuding paham-paham
tentang Yesus yang bertolak belakang dengan Kristen sebagai kebohongan.
Dalam bab II, secara khusus Erwin menghantam Al-Qur'an sebagai kebohongan,
karena membantah penyaliban Yesus. Dalam judul “Kebohongan 2: Yesus Tidak
Disalibkan.” Di bawah judul tersebut, ia mencantumkan terjemah Al-Qur'an surat
An-Nisa’ 157” (hlm. 39).
Menurut Erwin, kisah Al-Qur'an tentang kegagalan penyaliban Yesus adalah
kebohongan. Alasannya, jika Tuhan menggagalkan penyaliban dengan membuat orang
Yahudi salah tangkap, berarti Tuhan dalam Al-Qur'an bersalah atas tindak
penipuan. Erwin menulis:
“Menurut Al-Qur'an,
orang-orang Yahudi tidak berhasil membunuh Yesus, yang disebut sebagai rasul
Tuhan. Beberapa penerjemah Muslim mengatakan bahwa orang-orang Yahudi
membunuh seseorang yang dibuat Yesus tampak seperti Yesus. Tetapi hal ini akan
membuat Tuhan bersalah atas penipuan dan ilusi. Mengapa Tuhan mau ikut serta
dalam suatu tindakan yang menipu dan tidak jujur dengan menciptakan seseorang
yang tampak seperti Yesus dan membuat orang yang tidak bersalah ini mati
sebagai ganti Yesus? Tuhan pastinya bersalah karena tindak penipuan, memimpin
orang-orang untuk percaya bahwa yang disalibkan itu adalah Yesus padahal
kenyataannya itu adalah orang lain.” (hlm. 41).
Ayat Al-Qur'an yang
digugat DR Erwin adalah sbb: “Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan
tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina), dan karena ucapan
mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam,
Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya,
tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.
Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar
dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan
tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka
tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa” (Qs An-Nisa’
157).
Menurut ayat tersebut, orang-orang kafir tidak berhasil menangkap dan menyalib
Nabi Isa, apalagi sampai membunuhnya. Karena yang mereka tangkap lalu mereka
salibkan ialah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa.
...laporan penyaliban dalam Bibel penuh
kontradiktif dan keraguan...
Para mufassir memahamkan surat An-Nisa’
157 bahwa Nabi Isa sama sekali tidak disalib dan dibunuh, karena yang disalib
dan dibunuh adalah orang lain yang diserupakan dengan Nabi Isa. Prof Dr H
Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’anul Karimmenerjemahkan ayat
tersebut, “Sebenarnya Isa itu bukan mereka bunuh atau mereka salibkan, tetapi
yang mereka salib itu, adalah orang yang serupa dengan Isa, yang telah dibuat
samar” (hlm. 94). Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azharmenyatakan,
“Syubbiha artinya disamarkan. Yaitu diadakan orang lain, lalu ditimbulkan
sangka dalam hati orang yang hendak membunuh itu bahwa orang lain itulah Isa”
(Juz 6 hlm. 21).
Penyerupaan wajah orang lain menjadi Yesus sehingga proses penyaliban menjadi
salah alamat tersebut, juga didukung data-data dalam Bibel bahwa:
- Penangkapan dilakukan pada waktu gelap (Yohanes 18:3).
- Salah tangkap menjadi semakin mungkin, karena Yesus punya mukjizat
dapat merubah wajah (Matius 17:2).
- Para tentara yang melakukan penangkapan tidak ada yang mengenal wajah
Yesus, sehingga mereka harus menyewa Yudas untuk menunjukkan siapa Yesus,
dengan upah 30 keping uang perak (Matius 26:15).
KISAH PENYALIBAN YESUS PATUT DIRAGUKAN
Pernyataan Al-Qur'an bahwa orang-orang
berselisih paham dan ragu-ragu tentang pembunuhan Isa adalah kebenaran yang tak
dapat disangkal. Buktinya, laporan penyaliban dalam Bibel penuh kontradiktif
dan keraguan, misalnya soal waktu penyaliban.
- Menurut Injil Markus 15:25, Yesus disalib pada jam 9: “Hari jam
sembilan ketika ia (Yesus) disalibkan.”
- Padahal menurut Injil Yohanes 19:14, pada jam 12 Yesus masih belum
disalib: “Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas.”
- Sementara kedua Injil lainnya, yaitu Matius dan Lukas abstain tidak
menulis apapun tentang waktu penyaliban.
Kontradiksi penyaliban Yesus masih banyak
lagi, bisa dibaca dalam buku Dokumen Pemalsuan Alkitab terbitan Victory Press.
Penyelamatan terhadap Nabi Isa dari penyaliban adalah tindakan yang sangat
tepat dan terhormat. Bukankah Bibel sendiri mengakui bahwa orang yang mati di
tiang salib adalah manusia terkutuk:
“…Sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang
yang digantung pada kayu salib!” (Galatia 3: 13).
Penyelamatan Tuhan dalam terhadap Nabi Isa dari penyaliban orang-orang kafir
adalah tindakan yang Maha Tepat, bukan tipuan seperti tudingan Erwin Lutzer.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka
itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya” (Qs. Ali Imran 54).
Maka sungguh aneh tudingan Dr Erwin Lutzer bahwa Tuhan dalam Al-Qur'an
melakukan kesalahan dan penipuan. Rupanya Erwin lebih memihak orang kafir yang
menginginkan kematian Nabi Isa dengan cara yang terkutuk.
LAPORAN BIBEL TENTANG PENYALIBAN YESUS
DIRAGUKAN
Setelah menuding Al-Qur'an berbohong soal
keselamatan Yesus dari penyaliban, Dr Erwin Lutzer, mencoba membandingkan
validitas Al-Qur'an dan Bibel. Menurutnya, Bibel lebih dipercaya karena Injil
saksi mata sehingga laporannya lebih akurat ketimbang Al-Qur'an yang ditulis
lebih dari 500 tahun kemudian oleh seorang Muhammad yang bukan saksi mata.
Erwin menulis:
“Kitab Injil melaporkan mengenai kematian
Yesus dengan kesadaran akan keadaan yang sebenarnya dan secara mendetail yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang merupakan saksi mata dari peristiwa tersebut.
Selain para tentara Romawi, banyak orang yang berkumpul untuk melihat apa
yang sedang terjadi saat itu” (hlm. 44).
Dalam pernyataan tersebut, Lutzer berdusta
terhadap para murid Yesus, karena para murid Yesus bukanlah saksi mata
penyaliban. Terbukti, menurut Bibel, ketika Yesus dibekuk tentara kafir, semua
muridnya lari tunggang-langgang meninggalkan Yesus (Markus 14: 46-50).
...Lutzer berdusta terhadap para murid
Yesus, karena para murid Yesus bukanlah saksi mata penyaliban...
Bahkan ketika dihadapkan di pengadilan, Yesus sangat membutuhkan pembelaan
para muridnya. Tetapi semua murid Yesus tak satupun yang melakukan pembelaan.
bahkan Petrus, murid kesayangan Yesus, justru menyangkal dan mengaku tak kenal
dengan Yesus (Markus 14: 68-71).
Para penulis keempat Injil pun tak satupun yang menyaksikan peristiwa dengan
mata kepalanya. Semua penulis Injil ini bukan murid Yesus, bahkan Injil Markus
sampai sekarang masih belum diketahui dengan pasti siapa pengarangnya, karena
ia tidak menperkenalkan diri dalam Injil yang ditulisnya. Perhatikan komentar
Lembaga Biblika Indonesia dalam Tafsir Injil Markus berikut:
“Pengarang Injil Markus adalah murid Petrus dari Roma, yang menyebutnya
'Markus, anakku'” (I Petrus 5: 13). Belum jelas apakah Markus ini sama dengan
Yohanes Markus dari Yerusalem, anak Maria, yang tempatnya digunakan untuk
berkumpul dan berdoa jemaat Kristen pertama (Kisah Para Rasul 12: 12).
Tanpa memperkenalkan diri, Markus memulai penulisannya: “Inilah permulaan Injil
tentang Yesus Kristus, Anak Allah.” Dalam karyanya, Markus tidak menonjolkan
diri. Juga tidak menyebut nama sendiri atau menambahkan sesuatu yang dapat
menyingkapkan kepribadiannya” (hlm. 9-10).
Jika pengarang Injil itu masih misterius, maka mempercayai karya tulisnya
sebagai dasar keimanan adalah kepercayaan yang misterius.
...Jika para penulis Injil itu adalah
saksi mata terjadinya penyaliban Yesus, maka bisa dipastikan kontradiksi
kronologis itu tidak perlu terjadi...
KONTRADIKSI CERITA PENYALIBAN DALAM BIBEL
Kesimpulan bahwa para penulis Injil bukan
saksi mata cerita penyaliban dalam Bibel, semakin diperkuat dengan banyaknya
kontradiksi kronologis kisah penyaliban Yesus, misalnya:
a. Tulisan apa yang ada di atas kayu salib?
Injil Matius 27:37 melaporkan bahwa di
atas salib Yesus terpampang tulisan “Inilah Yesus Raja orang Yahudi”. Sedangkan
Injil Markus 15: 26 melaporkan bahwa tulisan itu berbunyi “Raja orang Yahudi”.
Lukas 23:38 membaca bahwa tulisan di salib Yesus adalah “Inilah raja orang
Yahudi”. Sangat berbeda dengan laporan Yohanes 19:19 “Yesus, orang Nazaret,
Raja orang Yahudi”. Ini adalah pertentangan yang nyata.
b. Berapa orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib?
Menurut Matius 27:44 dan Markus 15: 32,
ada dua orang yang mencaci maki Yesus di atas kayu salib. Sedangkan Lukas 3:39
melaporkan bahwa yang mencaci Yesus hanya satu orang saja. Jelas kontradiksi,
bukan?
c. Apakah Yesus mengecap anggur bercampur empedu?
Matius 27: 33-34 melaporkan bahwa Yesus
mengecapnya. Sebaliknya, Markus 15: 23 melaporkan bahwa di atas tiang salib
Yesus malah menolak anggur. Bukankah ini sangat kontradiktif?
d. Apakah teriakan Yesus waktu disalib?
Menurut Matius 27: 46-52 dan Markus 15:
34-38, sebelum mati Yesus berteriak “Eli, Eli, lama sabakhtani”, sedangkan
Lukas 23: 45-46 mengatakan bahwa teriakan Yesus itu adalah “Ya Bapa, ke dalam
tanganMu kuserahkan nyawaku”. Ini pertentangan ayat yang tidak bisa ditemukan,
bukan??
e. Siapakah yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib?
Matius 27: 59-60, Markus 15: 45-46 dan
Lukas 23: 53 melaporkan bahwa yang menurunkan mayat Yesus dari tiang salib
adalah Yusuf Arimatea sendiri. Tetapi Yohanes 19:38-42 membantah dan
melapor¬kan bahwa yang menurunkan adalah Yusuf Arimatea dan Nicodemus. Ini
jelas dua versi kisah yang saling berbeda!!
Jika para penulis Injil itu adalah saksi
mata terjadinya penyaliban Yesus, maka bisa dipastikan kontradiksi kronologis
itu tidak perlu terjadi. Adanya kontradiksi kronologis itu membuktikan bahwa
para penulis Injil itu bukanlah saksi mata. Kemungkinan lainnya, kontradiksi
itu terjadi bila para penulis Injil adalah orang-orang yang ceroboh atau lemah
ingatan.
...Daripada menggugat kitab suci agama
lain, lebih bermanfaat bagi Dr Erwin Lutzer jika ia menyelidiki dan memperbaiki
kekisruhan Alkitab (Bibel)...
Maka, gugatan Dr Erwin Lutzer terhadap
Al-Qur'an tidak relevan dan upaya pemborosan energi. Daripada menggugat kitab
suci agama lain, lebih bermanfaat bagi Dr Erwin Lutzer jika ia menyelidiki
keruwetan dan problematika Alkitab (Bibel) yang mengisahkan penyaliban Yesus
dengan seribu satu kerumitan. [a ahmad hizbullah mag/voa-islam.com]